Salah Satu Ketua Suku di Lombok |
Kakawin yang ditulis tahun 1365 ini,
pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A. Brandes, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok. Ia
menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranegara sebelum istana sang raja itu dibakar oleh
tentara KNIL Dari Batavia.
Tidak ada informasi akurat
yang menerangkan kenapa kitab tersebut berada di Puri Cakranegara yang
merupakan Markas pertahanan terakhir ketika terjadi puputan/perang sabil lombok
melawan tentara belanda.
Meski jika ditarik trah raja
selaparang islam pertengahan bahwa Pengeran Subangsa (Pengeran Taliwang) dari
Kerajaan Banjar yang juga merupakan trah keturunan Majapahit dengan Kerajaan
Banjar (Pengeran Mertasari dan Bangsawan dari jawa) dimana Pengeran Subangsa
kemudian menikah dengan Putri Mas Surabaya (Putri/Ratu/ Selaparang) pada 1661
dimana pada Tahun 1662 melahirkan Raden Mataram yang menjadi Raja Taliwang.
Diketahui berdasarkan Sirah
penanggalan catatan portugis dan belanda, Selaparang
Lombok sendiri diawal tahun 1500 dikunjungi penggiat sejarah,
menurut history sejarah yang tercatat bahwa sejak 1520 M. Ditahun tersebut
(1520) Bali sudah ingin menanamkan kekuasaannnya di lombok dengan menyerang
kerajaan lombok sebab penjelajah portugis sendiri melakukan ekspedisi ke Nusa
Tenggara (Sunda Kecil) ditahun 1521.
Jauh Sebelumnya penjelajar
asing juga mencatat bahwa Tahun 835 (700-800M) Ketika Ketika keturunan Sanjaya
di era Dinasti Syalendra naik tahta di Tanah Jawa dan Sumatra, lombok sudah
menganut Agama Budha (Bodha) yang saat itu tidak luput dari incaran ekspansi
Dinasti Syallendra yang membawa ajaran Hindu-Siwa menggeser penguruh agama
Budha-Mahayana hingga sunda kecil (lombok) dimana pusat penyebaran agama budha
itu era Sriwijaya (600-700M). Mungkinkah saat ini sebelum periode Islam masuk
di bawa oleh Gauz Abdurrozak (1201 M) pada tahun 600 Hijriyah, sebelumsudah
berdiri kerajaan lombok yang bercorak Hindu-Budha pada periode 835 M di Bayan
(Lombok Utara)?.
Hal ini dengan mengingat
sumpah Palapa Gajah Mada yang menyebutkan Sasak Mirah dan Sasak Adi (1331 M).
Kembali mengupas judul kakawin ini,
Nagarakretagama artinya adalah "Negara dengan Tradisi (Agama) yang
suci". Nama Nagarakretagama itu sendiri tidak terdapat dalam kakawin
Nagarakretagama. Pada pupuh 94/2, Prapanca menyebut ciptaannya Deçawarnana atau
uraian tentang desa-desa. Namun, nama yang diberikan oleh pengarangnya tersebut
terbukti telah dilupakan oleh umum. Kakawin itu hingga sekarang biasa disebut
sebagai Nagarakretagama. Nama Nagarakretagama tercantum pada kolofon terbitan Dr. J.L.A. Brandes: "Iti Nagarakretagama Samapta".
Rupanya, nama Nagarakretagama adalah tambahan
penyalin Arthapamasah pada bulan Kartika tahun saka 1662 (20 Oktober 1740 Masehi).
Nagarakretagama disalin dengan huruf Bali di Kancana.
Cakranegara yang saat
ini menjadi salah satu pusat perniagaan di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara
Barat, pernah menghebohkan dengan sebuah cerita penting bagi Indonesia.
Ekspedisi militer Belanda menggempur habis-habisan puri atau istana di
Cakranegara, mengakibatkan kediaman Raja Karangasem, penguasa wilayah Lombok,
luluh lantak.
Sehari sebelum
Cakranegara jatuh dalam kekuasaan Belanda, menurut telusur pustaka, pada 19
November 1894, dilaporkan sebuah temuan naskah sastra, yang ditulis di lembaran
daun lontar di antara puing-puing reruntuhan itu. Slametmuljana menyebutkan
sedikitnya sudah ditemukan empat naskah lain yang serupa, di beberapa geriya
(kediaman pendeta Hindu) di Bali. Namun, naskah-naskah itu diduga merupakan
turunan naskah Negara Krtagama, yang ditemukan di Puri Cakranegara, Lombok.
Cakep daun lontar itu
adalah naskah Negara Krtagama karya Mpu Prapanca, seorang pujangga Jawa abad
ke-14 M. Sewindu kemudian, naskah berbahasa Jawa Kuno diterbitkan dalam huruf
Bali dan Bahasa Belanda oleh Dr JLA Brandes (1902), namun hanya sebagian.
Disusul upaya penerjemahan oleh Dr JHC Kern tahun 1905-1914, dilengkapi dengan
komentar-komentarnya.
Baru pada tahun 1919, Dr
NJ Krom menerbitkan utuh isi lontar Negara Krtagama. Krom juga melengkapinya
dengan catatan historis. Naskah Negara Krtagama ini akhirnya diterjemahkan
dalam Bahasa Indonesia oleh Prof Dr Slametmuljana dan disertai tafsir sejarahnya.
Menyusul kemudian, Dr Th Pigeud yang menerjemahkan Negara Krtagama ke dalam
Bahasa Inggris.
Dari Naskah inilah kemudian
ditelusuri penaklukan Bali dan Lombok oleh majapahit pada tahun 1343. Lantas
sebuah versi menyatakan bahwa Kitab ini sendiri berjudul Desawarnana, yang
mengupas lokasi situs kerajaan majapahit era kediri, situs peninggalan
pertapaan madakaripura milik Mahapatih Gajahmada.
Sampai detik belum jelas
dimana sebenarnya situs kerajaan Majapahit meski penggalian terus dilakukan
oleh pihak BPCP jatim dengan trowulan dan situs kumitir yang menjadi viral di
media sosial. Sama artinya ketika kaum muda sasak yang merupakan pewaris
selaparang mempertanyakan dimana istana selaparang sama bingungnya ketika
bertanya situs istana majapahit berada.
Jika menilik histori apakah
kemungkinan kerajaan Banjar punya catatan sejarah tentang letak istana
selaparang sebelum dibumi hanguskan pada tahun (1740-1839) atas bantuan
Pengeran Banjar Ratas (Banjar).
Secara logika Kerajaan
Banjar ketika Menggelar pernikahan Putranya dengan Ratu/Raja Selaparang Dewa
Mas Penghulu (1661) di Istana Selaparang pasti tahu persis letaknya.
Kegigihan Bali membendung
pengaruh islam yang masuk ke bumi lombok dari bulan July (1677-1681)
tepatnya di makassar raja Penguasa Bali menandatangani perjanjian dengan
kerajaan gowa dengan makassar di fasilitasi VOC untuk melepaskan pengaruhnya
atas lombok. Dikuasainya Pejanggik dan Selaparang setelah ditumpasnya
pemberontakan oleh Pasukan Raden Kalijaga dan Dea Ma Rajah (Dea Meraja) oleh
Pasukan Mataram Lombok.
Pada Tahun 1843, Raja
Karangasem Lombok di Mataram menerima kedaulatan Belanda atas Bali, namun pada
tahun 1849 Raja Lombok merebut kembali Kerajaan Karangasem dari Belanda, saat
ini raja Lombok AA Ngurah Gde Karangasem menjalin hubungan dagang strategis
dengan Inggris dibawah Rafles dengan Syahbandar Kapten GP Kings.
Karena pembrontakan rakyat
sasak yang di sokong kekuatan VOC dan punggawa lombok ingin melepaskan pengaruh
Kerajaan Mataram lombok yang dikenal pada masanya mampu merukunkan perbedaan
agama, etnis dan suku bangsa, maka pada tahun 1894 berakhirlah kerajaan Mataram
Lombok dibawah dinasti Majapahit Bali. Cita-cita mengilementasikan Kitab Nagara
Kertagama di Bumi Sasak Lombok dengan menguasai Pulau Bali dan Sumbawa tidak
terlaksana oleh AA Ngurah Gede Karangasem.
Padahal dimasa pendudukan
Kerajaan Mataram Lombok begitu memilihara perdamaian dan toleransi, beliau
sudah membuka konsulat Haji lombok di Jeddah disamping konsulat Haji Hindia
belanda yang didirikan Belanda.
Bumi hangus lombok oleh VOC
Batavia memberikan pukulan telak atas pendudukan belanda dibumi nusantara sebab
disaat penjarahan Puri Cakranegara dan lainnya banyak ditemukan emas, pusaka
dan kitab kitab bersejarah, kerajaan belanda mengenalnya dengan “lombok
treasure” yang jumlah ratusan kilo (230 kilo emas, 7.000 kilo perak, dan perhiasan
dan karya sastra )diangkut
ke belanda, hal inilah kemudian yang membawa stetemant untuk melakukan politik
“balas budi” VOC kepada kerajaan yang ditekan oleh Parlemen
diimplementasikan tahun setelah kolonial berkuasa termasuk membuat
“Lombok Strat” Jalan Pulau Lombok di Amsterdam (Belanda).
“The popular press promoted war fever, and over
3000 army volunteers agreed to go to the Indies and fight for the Netherlands
crown. However, other observers were shocked, and their reactions helped start
the movement towards moderate reform in the colonial government that would
eventually be known as the "Ethical Policy".
Belanda sangat terkejut
dengan massivenya perlawanan prajurit mataram lombok yang menyebabkan meninggal
Asisten Perang mereka Jendral PPH Van Ham Di Pura Dewa di Mataram. Sementara
itu 500 prajurit handalnya tewas, sehingga Gubernur jendral Hindia Belanda
kembali mengirimkan 3000 prajurit kerajaan dan pasukan penyokong dari jawa
madura pimpinan Letnan Kolonel Mayang Koro (Madura) dibawah kendali Jenderal Vetter
pada 8 November 1894.
Penyerangan Lombok oleh VOC menyebabkan perubahan mendasar pengaruh politik kolianial belanda, dan penyerangan lombok oleh VOC juga sedikit demi sedikit, membuka tabir sejarah terkuburnya sejarah kebesaran majapahit ditanah jawa dengan ditemukan kitab negara kertagama (Desawarnana) karangan Mpu Prapanca. Geopolitik juga berubah dengan dikuasainya Bali, sumbawa dan bima serta wilayah lainnya di nusantara. (Disadur dari berbagai sumber)