Misteri Majapahit, Selaparang dan Kitab Negarakertagama, Jejak Ekspansi Para Penguasa Nusantara di Bumi Lombok dari masa ke masa .

Advertisement

Misteri Majapahit, Selaparang dan Kitab Negarakertagama, Jejak Ekspansi Para Penguasa Nusantara di Bumi Lombok dari masa ke masa .

Kalingga
Senin, 09 November 2020

Salah Satu Ketua Suku di Lombok


Kakawin yang ditulis tahun 1365 ini, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A. Brandes, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok. Ia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranegara sebelum istana sang raja itu dibakar oleh tentara KNIL Dari Batavia.

 

Tidak ada informasi akurat yang menerangkan kenapa kitab tersebut berada di Puri Cakranegara yang merupakan Markas pertahanan terakhir ketika terjadi puputan/perang sabil lombok melawan tentara belanda.

 

Meski jika ditarik trah raja selaparang islam pertengahan bahwa Pengeran Subangsa (Pengeran Taliwang) dari Kerajaan Banjar yang juga merupakan trah keturunan Majapahit dengan Kerajaan Banjar (Pengeran Mertasari dan Bangsawan dari jawa) dimana Pengeran Subangsa kemudian menikah dengan Putri Mas Surabaya (Putri/Ratu/ Selaparang) pada 1661 dimana pada Tahun 1662 melahirkan Raden Mataram yang menjadi Raja Taliwang.

 

Diketahui berdasarkan Sirah penanggalan catatan portugis dan  belanda, Selaparang Lombok  sendiri diawal tahun 1500 dikunjungi penggiat sejarah, menurut history sejarah yang tercatat bahwa sejak 1520 M. Ditahun tersebut (1520) Bali sudah ingin menanamkan kekuasaannnya di lombok dengan menyerang kerajaan lombok sebab penjelajah portugis sendiri melakukan ekspedisi ke Nusa Tenggara (Sunda Kecil) ditahun 1521.

 

Jauh Sebelumnya penjelajar asing juga mencatat bahwa Tahun 835 (700-800M) Ketika Ketika keturunan Sanjaya di era Dinasti Syalendra naik tahta di Tanah Jawa dan Sumatra, lombok sudah menganut Agama Budha (Bodha) yang saat itu tidak luput dari incaran ekspansi Dinasti Syallendra yang membawa ajaran Hindu-Siwa menggeser penguruh agama Budha-Mahayana hingga sunda kecil (lombok) dimana pusat penyebaran agama budha itu era Sriwijaya (600-700M). Mungkinkah saat ini sebelum periode Islam masuk di bawa oleh Gauz Abdurrozak (1201 M) pada tahun 600 Hijriyah, sebelumsudah berdiri kerajaan lombok yang bercorak Hindu-Budha pada periode 835 M di Bayan (Lombok Utara)?.

 

Hal ini dengan mengingat sumpah Palapa Gajah Mada yang menyebutkan Sasak Mirah dan Sasak Adi (1331 M).

 

Kembali mengupas judul kakawin ini, Nagarakretagama artinya adalah "Negara dengan Tradisi (Agama) yang suci". Nama Nagarakretagama itu sendiri tidak terdapat dalam kakawin Nagarakretagama. Pada pupuh 94/2, Prapanca menyebut ciptaannya Deçawarnana atau uraian tentang desa-desa. Namun, nama yang diberikan oleh pengarangnya tersebut terbukti telah dilupakan oleh umum. Kakawin itu hingga sekarang biasa disebut sebagai Nagarakretagama. Nama Nagarakretagama tercantum pada kolofon terbitan Dr. J.L.A. Brandes: "Iti Nagarakretagama Samapta".

 

Rupanya, nama Nagarakretagama adalah tambahan penyalin Arthapamasah pada bulan Kartika tahun saka 1662 (20 Oktober 1740 Masehi). Nagarakretagama disalin dengan huruf Bali di Kancana.

 

Cakranegara yang saat ini menjadi salah satu pusat perniagaan di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pernah menghebohkan dengan sebuah cerita penting bagi Indonesia. Ekspedisi militer Belanda menggempur habis-habisan puri atau istana di Cakranegara, mengakibatkan kediaman Raja Karangasem, penguasa wilayah Lombok, luluh lantak.

 

Sehari sebelum Cakranegara jatuh dalam kekuasaan Belanda, menurut telusur pustaka, pada 19 November 1894, dilaporkan sebuah temuan naskah sastra, yang ditulis di lembaran daun lontar di antara puing-puing reruntuhan itu. Slametmuljana menyebutkan sedikitnya sudah ditemukan empat naskah lain yang serupa, di beberapa geriya (kediaman pendeta Hindu) di Bali. Namun, naskah-naskah itu diduga merupakan turunan naskah Negara Krtagama, yang ditemukan di Puri Cakranegara, Lombok.

 

Cakep daun lontar itu adalah naskah Negara Krtagama karya Mpu Prapanca, seorang pujangga Jawa abad ke-14 M. Sewindu kemudian, naskah berbahasa Jawa Kuno diterbitkan dalam huruf Bali dan Bahasa Belanda oleh Dr JLA Brandes (1902), namun hanya sebagian. Disusul upaya penerjemahan oleh Dr JHC Kern tahun 1905-1914, dilengkapi dengan komentar-komentarnya.

 

Baru pada tahun 1919, Dr NJ Krom menerbitkan utuh isi lontar Negara Krtagama. Krom juga melengkapinya dengan catatan historis. Naskah Negara Krtagama ini akhirnya diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Prof Dr Slametmuljana dan disertai tafsir sejarahnya. Menyusul kemudian, Dr Th Pigeud yang menerjemahkan Negara Krtagama ke dalam Bahasa Inggris.

 

Dari Naskah inilah kemudian ditelusuri penaklukan Bali dan Lombok oleh majapahit pada tahun 1343. Lantas sebuah versi menyatakan bahwa Kitab ini sendiri berjudul Desawarnana, yang mengupas lokasi situs kerajaan majapahit era kediri, situs peninggalan pertapaan madakaripura milik Mahapatih Gajahmada.

 

Sampai detik belum jelas dimana sebenarnya situs kerajaan Majapahit meski penggalian terus dilakukan oleh pihak BPCP jatim dengan trowulan dan situs kumitir yang menjadi viral di media sosial. Sama artinya ketika kaum muda sasak yang merupakan pewaris selaparang mempertanyakan dimana istana selaparang sama bingungnya ketika bertanya situs istana majapahit berada.

 

Jika menilik histori apakah kemungkinan kerajaan Banjar punya catatan sejarah tentang letak istana selaparang sebelum dibumi hanguskan pada tahun (1740-1839) atas bantuan Pengeran Banjar Ratas (Banjar).

 

Secara logika Kerajaan Banjar ketika Menggelar pernikahan Putranya dengan Ratu/Raja Selaparang Dewa Mas Penghulu (1661) di Istana Selaparang pasti tahu persis letaknya.

 

Kegigihan Bali membendung pengaruh islam yang masuk ke bumi lombok dari bulan  July (1677-1681) tepatnya di makassar raja Penguasa Bali menandatangani perjanjian dengan kerajaan gowa dengan makassar di fasilitasi VOC untuk melepaskan pengaruhnya atas lombok. Dikuasainya Pejanggik dan Selaparang setelah ditumpasnya pemberontakan oleh Pasukan Raden Kalijaga dan Dea Ma Rajah (Dea Meraja) oleh Pasukan Mataram Lombok.

 

Pada Tahun 1843, Raja Karangasem Lombok di Mataram menerima kedaulatan Belanda atas Bali, namun pada tahun 1849 Raja Lombok merebut kembali Kerajaan Karangasem dari Belanda, saat ini raja Lombok AA Ngurah Gde Karangasem menjalin hubungan dagang strategis dengan Inggris dibawah Rafles dengan Syahbandar Kapten GP Kings.

 

Karena pembrontakan rakyat sasak yang di sokong kekuatan VOC dan punggawa lombok ingin melepaskan pengaruh Kerajaan Mataram lombok yang dikenal pada masanya mampu merukunkan perbedaan agama, etnis dan suku bangsa, maka pada tahun 1894 berakhirlah kerajaan Mataram Lombok dibawah dinasti Majapahit Bali. Cita-cita mengilementasikan Kitab Nagara Kertagama di Bumi Sasak Lombok dengan menguasai Pulau Bali dan Sumbawa tidak terlaksana oleh AA Ngurah Gede Karangasem.

 

Padahal dimasa pendudukan Kerajaan Mataram Lombok begitu memilihara perdamaian dan toleransi, beliau sudah membuka konsulat Haji lombok di Jeddah disamping konsulat Haji Hindia belanda yang didirikan Belanda.

 

Bumi hangus lombok oleh VOC Batavia memberikan pukulan telak atas pendudukan belanda dibumi nusantara sebab disaat penjarahan Puri Cakranegara dan lainnya banyak ditemukan emas, pusaka dan kitab kitab bersejarah, kerajaan belanda mengenalnya dengan “lombok treasure” yang jumlah ratusan kilo (230 kilo emas, 7.000 kilo perak, dan perhiasan dan karya sastra )diangkut ke belanda, hal inilah kemudian yang membawa stetemant untuk melakukan politik “balas budi” VOC kepada kerajaan yang ditekan oleh Parlemen diimplementasikan  tahun setelah kolonial berkuasa termasuk membuat “Lombok Strat” Jalan Pulau Lombok di Amsterdam (Belanda).

 

The popular press promoted war fever, and over 3000 army volunteers agreed to go to the Indies and fight for the Netherlands crown. However, other observers were shocked, and their reactions helped start the movement towards moderate reform in the colonial government that would eventually be known as the "Ethical Policy".

 

Belanda sangat terkejut dengan massivenya perlawanan prajurit mataram lombok yang menyebabkan meninggal Asisten Perang mereka Jendral PPH Van Ham Di Pura Dewa di Mataram. Sementara itu 500 prajurit handalnya tewas, sehingga Gubernur jendral Hindia Belanda kembali mengirimkan 3000 prajurit kerajaan dan pasukan penyokong dari jawa madura pimpinan Letnan Kolonel Mayang Koro (Madura) dibawah kendali Jenderal Vetter pada 8 November 1894.

 

Penyerangan Lombok oleh VOC menyebabkan perubahan mendasar pengaruh politik kolianial belanda, dan penyerangan lombok oleh VOC juga sedikit demi sedikit, membuka tabir sejarah terkuburnya sejarah kebesaran majapahit ditanah jawa dengan ditemukan kitab negara kertagama (Desawarnana) karangan Mpu Prapanca. Geopolitik juga berubah dengan dikuasainya Bali, sumbawa dan bima serta wilayah lainnya di nusantara. (Disadur dari berbagai sumber)