Visinusantara.my.id - Penayangan 4 film besutan tiga Sutradara lokal Lombok NTB akan segera dilaksanakan. Yang membuat penasaran adalah Film ” Pepadu ” akan segera tayang dan penonton serta nitizen tidak sabaran ingin melihat film yang menceritakan tokoh Pepadu dan para PEPADU yang sering mereka saksikan di arena olahraga ketangkasan khas Sasak ini.
Adalah Ming Muslimin seorang putra daerah asal Kabupaten Lombok Timur sebagai Sutradara ini akan menayangkan film pendeknya di salah satu Bioskop CGV.
“Dari 4 Film Karya 3 Sutradara Asli Lombok Film ini akan diseminarkan langsung dilokasi penayangannya, yang mengusung tema kehidupan sosial dan Budaya masyarakat Sasak Lombok Bertajuk “Sinema Akar Rumput," kata Ming.
Bioskop dengan kapasitas 203 kursi di studio 2 sangat berharap agar masyarakat dimengetahui bahwa film lokal ini.
“Seandainya nanti animo masyarakat membludak maka kami bisa saja sekalian akan membuka dua sesi dalam penayangannya,” ujar Ming.
Produksi film pendek Pepadu ini sendiri sekitar satu bulan dan melibatkan 30 kru film asli lombok dengan masyarakat sekitar Pantai Desa Ekas Lombok timur bagian selatan dan melibatkan 4 aktor utama Pepadu.
“Kami juga akan memproduksi satu film lagi nanti pada bulan oktober terkait edukasi remaja tetap dengan produksi film pendek karena budget yang yang sangat terbatas,” tuturnya.
Film Pepadu ini akan tampil pertama kalinya nanti di Bioskop Mataram 5 Juli ini.
“Film pepadu yang diproduksi penuh di Kabupaten Lombok Timur dengan para kru dari berbagai desa seperti pancor, selong, sembalun, kelayu dan keruak dalam membantu pembuatan film pepadu ini sehingga bisa selesai," Jelasnya lebih lanjut
Bocoran film pepadu ini mengisahkan seorang pepadu tangguh yang melanggar sumpahnya akan tetapi karena himpitan ekonomi membuatnya terpaksa turun ke arena.
Diketahui bahwa pepadu Sasak adalah
Para petarung dalam arena penuh kewaspadaan akan saling pukul menggunakan rotan dengan diawasi seorang wasit yang disebut pakembar. Selama pertandingan, akan dihiasi suara musik khas Lombok.
Dahulu, Peresean sebagai ekspresi kebahagiaan prajurit saat menang perang. Itu juga berfungsi melatih ketangkasan prajurit. Kemudian tradisi tersebut difungsikan sebagai upacara adat meminta hujan. Namun kini, Peresean menjadi kesenian tradisional Sasak untuk menghibur wisatawan. ***